MR. HOLMES (2015)



Sebuah drama keluarga... drama masa tua...




1. IDE CERITA (4,25/5)

Saya merasa bahwa ide untuk menciptakan kisah Sherlock Holmes menjadi sebuah drama keluarga seperti dalam film ini adalah hal yang menarik. Apalagi mengingat Holmes di sini adalah Holmes yang sudah melepas gelarnya sebagai "The Great Detective". Holmes di sini digambarkan sebagai pria tua yang ingin menikmati masa-masa tenangnya bersama dengan orang-orang yang dicintainya. Ide seperti ini menjadikan film Mr. Holmes cocok untuk dinikmati oleh semua umur, apalagi dengan sisipan edukasi seperti sedikit pengetahuan tentang lebah dan bagaimana cara menghormati orang lain.

2. PLOT (3/5)

Alur dalam film ini cukup ringan dan santai, dengan beberapa kali flashback mengenai kasus terakhir Mr. Holmes. Namun, harus saya sayangkan bahwa klimaks dalam film ini kurang menggigit. Film ini nyaris memiliki kurva yang datar. Bahkan, kasus yang dipecahkannya di sini sama sekali tidak memusingkan. Ending yang tersaji juga tidak bertenaga sama sekali. Film ini, menurut saya, seperti sebuah diary Mr. Holmes yang tanpa klimaks. Menurut saya, inilah kelemahan terbesar film ini. Alurnya santai dan datar. Meski demikian, film ini tidak berpotensi membosankan para penontonnya, apalagi bila dinikmati di sela-sela waktu santai Anda.

3. PENOKOHAN (3,25/5)

Para tokoh yang diceritakan di film ini tidak begitu beragam. Hanya ada tiga karakter kuat di sini, yaitu Mr. Holmes, Mrs. Munro, Roger, dan Ann Kelmot. Di luar mereka bertiga tidak ada tokoh yang benar-benar memiliki karakter kuat. Umezaki sendiri, walau cukup sering muncul, tidak terlalu ditunjukkan bagaimana dia. Selain itu, film ini juga berhasil menggambarkan hubungan antara Mr. Holmes, Mrs Munro, dan Roger. Ketiga karakter tokoh utama tersebut juga diperlihatkan dari beberapa sisi. Sehingga, mereka lebih terasa nyata dan believable.

4. AKTING (4/5)

Tidak diragukan lagi, Ian McKellen tampak sangat mendalami karakter orang tua yang dimaksudkan sang sutradara. McKellen sangat cocok memerankan seseorang dengan usia di atas usia aslinya saat ini. Mimiknya sangat luwes dalam semua adegan. Namun, tidak hanya beliau yang berhasil membawakan peran yang dibebankan kepadanya. Laura Linney (Ms. Munro) juga tampil meyakinkan dalam menjadi seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya dan tidak mau direpotkan oleh Holmes yang semakin lemah. Tak kalah pula Milo Parker sebagai anak Ms. Munro. Ia berhasil membawakan perannya dengan tidak berlebihan. Terakhir, ada Hattie Morahan yang membawakan peran sebagai seorang wanita yang putus asa setelah dua kali mengalami keguguran.

5. EFEK AUDIO (3,5/5)

Musik pengiring dalam film ini menguatkan suasana kesunyian. Musiknya lembut dan sesuai dengan penceritaan yang penuh dengan flashback, perenungan, dan suasana kekeluargaan yang ditonjolkan dalam film ini. Tidak banyak yang bisa saya katakan dalam aspek ini, selain audionya sesuai dengan tema Mr. Holmes.



6. EFEK VISUAL (4/5)

Berhubung Mr. Holmes adalah drama keluarga, secara efek visual tidak ada yang istimewa dari film ini. Namun, pemilihan lokasi, tata kamera, dan sedikit efek blur berhasil menciptakan keharmonisan sepanjang film. Kesan kesunyian dan kesendirian berhasil disuntikkan melalui hal-hal di atas. Perhatikan bagaimana suasana saat Holmes bertemu dengan Ann di taman itu. Perhatikan bagaimana suasana rumah Ms. Munro dengan halamannya yang luas. Secara umum, perhatikan keseluruhan visual film itu sendiri. Visual yang lembut sungguh sesuai dengan gaya penceritaan yang juga lembut.

7. SUASANA (5/5)

Satu hal yang benar-benar bisa saya nikmati dari Mr. Holmes adalah suasana. Mr. Holmes sungguh menekankan suasana kesendirian. Salah satunya adalah kehidupan Mr. Holmes yang tidak memiliki istri dan tinggal di tempat yang jauh dari kebisingan kota. Sebagian besar adegan hanya berada di dalam rumah Ms. Munro, sehingga memang tidak sering melibatkan orang lain, kecuali saat adegan flashback. Suasana di taman ketika Mr. Holmes berbincang dengan Ann juga terasa sepi, sunyi, dan penuh arti. Tetapi tidak hanya itu yang disuguhkan. Pengisahan yang santai dan lembut juga akan dapat kita rasakan di setiap adegan. Dialog demi dialog mengalir lancar tanpa ada emosi yang berlebihan atau peristiwa yang "melonjak". Tidak ada satupun. Segalanya mengalun merdu dan pas dengan kondisi Mr. Holmes yang berusia 90 tahun. Suasana yang damai dan tenang mengantarnya menikmati masa tua bersama dengan orang-orang yang dicintainya.

8. HIBURAN (3,75/5)

Sebagai drama, Mr. Holmes memberikan hiburan yang sangat lembut dan mungkin kurang cocok bagi yang menyukai penceritaan yang lebih bergairah. Namun, di situlah letak keistimewaannya. Film ini memang menonjolkan ketenangan dan hiburan yang disajikannya sangat bagus karena mengandung unsur edukasi yang bermanfaat dalam hidup kita.

 

9. AMANAT (4,5/5)

Ada beberapa amanat yang dapat saya ambil dari film ini. Salah satunya adalah bagaimana cara memperlakukan wanita. Ini jelas sekali terlihat saat Mr. Holmes berbincang dengan Ann di taman. Selain itu, Mr. Holmes juga pernah mengingatkan Roger agar sopan dalam memperlakukan ibunya. Masih kurang? Mr. Holmes juga membagikan sedikit pengetahuannya tentang lebah kepada kita.



KESIMPULAN:

Ini bukan film laga seperti film-film Sherlock Holmes yang pernah Anda lihat sebelumnya. Ini juga bukan film berat dengan teka-teki dan perang pemikiran yang rumit. Ini bukan film dengan efek-efek canggih yang memanjakan mata dan telinga. Mr. Holmes adalah drama keluarga yang ringan tapi menyentuh untuk dinikmati Anda sekeluarga pada saat santai. 

TOTAL NILAI:
3,91/5